Game FPS Legendaris Ini Harusnya Sudah Mati, Tapi Masih Bertahan!
Kalau kamu gamer sejati dari era warnet 2000-an, nama Point Blank pasti bukan sesuatu yang asing di telinga. Game FPS (First Person Shooter) ini sempat jadi primadona di Indonesia mulai dari anak sekolah sampai bapak-bapak yang rela bolos kerja demi ngadu skill tembak-menembak di dunia maya.
Tapi anehnya, di tengah menjamurnya game FPS modern seperti Valorant, Call of Duty Warzone, Apex Legends, atau CS:GO 2, Point Blank masih hidup! Bahkan, komunitasnya tetap eksis, meski tak sehiruk pikuk dulu.
Pertanyaannya: Kenapa game yang harusnya sudah “mati” ini masih bertahan sampai sekarang? Yuk, kita bahas dalam artikel ini.
Baca juga :
Review Game Rust: Bertahan Hidup atau Mati?
Sekilas Tentang Point Blank
Dirilis pertama kali di Korea Selatan oleh Zepetto pada tahun 2008, Point Blank langsung meledak ketika masuk ke Indonesia lewat publisher Gemscool. Gaya permainan yang cepat, map yang simpel, dan suara announcer yang iconic bikin PB jadi game wajib anak warnet.
Waktu itu, banyak orang rela beli voucher PB demi upgrade senjata atau tampil keren dengan skin langka. Turnamen lokal hingga nasional pun mulai bermunculan. Bahkan, komunitas cosplay dan fans berat PB sempat jadi tren tersendiri.
Kenapa Harusnya Sudah Mati?

Sebenarnya, kalau mengikuti “logika industri game”, Point Blank sudah melewati masa kejayaannya. Beberapa alasan yang bikin orang berpikir PB seharusnya sudah tamat antara lain:
1. Grafis yang Ketinggalan Zaman
Di era Unreal Engine 5 dan ray tracing, grafis PB yang “kaku” dan low poly kelihatan usang. Karakter dan map-nya tak banyak mengalami perubahan visual yang signifikan sejak zaman dulu.
2. Gameplay yang Terlalu Klasik
Zaman sekarang, pemain FPS lebih menyukai mekanik yang kompleks seperti skill karakter (Valorant), mode battle royale (Warzone), atau sistem economy (CS:GO). PB masih mempertahankan gameplay lama: tembak, mati, respawn.
3. Komunitas yang Mengecil
Seiring berjalannya waktu, banyak pemain pindah ke game lain. Komunitas PB yang dulu ramai, kini hanya menyisakan “hardcore fans” dan sebagian kecil pemain baru.
4. Publisher Pindah-Pindah
PB di Indonesia sempat beberapa kali berpindah tangan: dari Gemscool, lalu ke Garena, lalu ke Zepetto Indonesia. Perpindahan ini membuat beberapa pemain kecewa karena akun lama sering bermasalah atau harus migrasi ulang.
Baca juga :
Snaky Cat: Ulasan Game Snake Battle Royale yang Lagi Viral!
Tapi Kenapa Masih Hidup?
Nah, inilah yang menarik. Meski terlihat “usang” dari luar, Point Blank punya kekuatan tersembunyi yang bikin dia masih bertahan, bahkan tetap eksis di beberapa negara lain.
1. Nostalgia adalah Senjata Ampuh
Buat para gamer generasi 90-an dan awal 2000-an, PB punya tempat khusus di hati. Main PB seperti mengulang masa-masa indah di warnet bareng teman. Nostalgia ini jadi alasan kuat kenapa banyak orang masih login meskipun hanya sebentar.
2. Kompetisi yang Masih Jalan
Zepetto masih rutin menggelar turnamen lokal maupun internasional seperti Point Blank National Championship (PBNC) dan Point Blank International Championship (PBIC). Ini menunjukkan bahwa esport PB belum benar-benar mati.
3. PC Kentang Friendly
Salah satu keunggulan PB adalah ringan dimainkan di komputer dengan spesifikasi rendah. Buat gamer yang belum bisa upgrade PC, PB jadi opsi ideal dibanding game-game berat lain.
4. Update Masih Aktif
Walaupun kecil-kecilan, PB tetap melakukan update berkala. Map baru, senjata tambahan, bahkan event musiman masih muncul. Itu tanda kalau developernya belum menyerah.
5. Modding dan Skin Community
PB juga punya komunitas modding kecil-kecilan. Beberapa pemain suka “oprek” tampilan senjata dan karakter. Ini membuat game tetap menarik, walau bukan fitur resmi.
Baca juga :
Kenapa Ghost of Yōtei Bisa Jadi Game Open-World Terbaik 2025?
Apa Kata Pemain Lama?
Kita coba tanya-tanya opini dari para pemain veteran PB. Rata-rata mereka bilang:
“PB itu bukan soal grafik, tapi soal feel. Sensasi tembakannya beda.”
“Gue main PB sejak SD. Sekarang udah kerja, tapi kadang masih login kalau kangen.”
“Turnamen PB tuh bikin deg-degan. Meski hadiahnya kecil, tapi bangganya luar biasa.”
Ini membuktikan bahwa komunitas setia masih jadi alasan utama PB bisa bertahan.
Bagaimana Masa Depan Point Blank?
Meski enggak mungkin bersaing head-to-head dengan Valorant atau CS:GO dari sisi teknologi, PB tetap punya potensi untuk bertahan sebagai niche game. Dengan memperbaiki sistem anti-cheat, mempercantik grafis (meski perlahan), dan menjaga komunitas tetap aktif, PB bisa tetap eksis sebagai legenda FPS Asia.
Bahkan, kalau Zepetto mau sedikit “gila”, mereka bisa bikin versi PB Mobile yang disesuaikan untuk pasar HP gaming. Melihat kesuksesan COD Mobile dan PUBG Mobile, itu bisa jadi peluang besar.
Kesimpulan: Legenda yang Enggan Mati
Point Blank memang bukan game paling modern, bukan pula yang paling canggih. Tapi kalau bicara soal pengaruh budaya gaming di Indonesia, PB termasuk pionir. Dia membuka jalan bagi industri esports lokal, mengenalkan banyak orang pada dunia FPS, dan menciptakan memori indah buat jutaan orang.
Jadi, meski banyak yang bilang “PB harusnya sudah mati”, nyatanya game ini masih berdiri, melawan waktu, nostalgia, dan loyalitas penggemarnya sendiri.
“Game itu bukan soal grafik, tapi soal kenangan.”
– Seorang gamer warnet, 2010.
Referensi:
- https://www.kompas.com/skola/read/2023/09/20/140000669/sejarah-game-point-blank-dan-perkembangannya
- https://duniagames.co.id/discover/article/sejarah-point-blank
- https://www.ggwp.id/2022/10/13/kenapa-point-blank-masih-eksis
- https://esports.id/fps/news/2024/01/20e4495825-pb-still-alive-turnamen-nasional-2024
- https://id.techinasia.com/point-blank-kenangan-di-warnet