Death Stranding 2: On the Beach – Aneh, Ambisius, dan Tetap Kojima Banget!

Kalau kamu sudah pernah menelusuri dunia sunyi dan penuh makna dari Death Stranding pertama, maka kamu pasti paham: ini bukan sekadar game biasa. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun spekulasi dan teaser misterius, Hideo Kojima kembali dengan Death Stranding 2: On the Beach sekuel yang terlihat lebih ambisius, lebih emosional, dan pastinya… lebih aneh.

Apakah game ini akan menjawab semua pertanyaan kita yang menggantung di ending pertama? Atau justru menambah lapisan baru ke misteri besar dunia Death Stranding? Yuk, kita bahas semuanya dari sudut pandang yang santai tapi tajam.

Sekuel yang Tetap Kojima: Filosofis, Sinematik, dan Unik

Sejak trailer pertama Death Stranding 2 muncul di The Game Awards, satu hal yang langsung terasa: Kojima masih Kojima. Masih suka bikin kita bingung, penasaran, dan anehnya tetap tertarik.

Trailer penuh simbol, dialog yang berat, dan visual yang surreal. Tapi di balik itu semua, ada benang merah yang bisa ditarik: tema keterhubungan dan trauma masa lalu masih jadi pondasi utama game ini.

Kali ini, Sam Bridges (yang kembali diperankan oleh Norman Reedus) tampaknya bakal menghadapi misi yang lebih besar bukan cuma menyambungkan kota-kota di Amerika, tapi sesuatu yang jauh lebih dalam dan berisiko.

Read more :
Village of Calamity : Ketika Horor dan Budaya Asia Melebur Dalam Narasi Epik

Apa yang Baru di Death Stranding 2?

Apa yang Baru di Death Stranding 2

1. Karakter Baru & Comeback yang Mengejutkan

Beberapa karakter dari game pertama kembali, termasuk Fragile (Léa Seydoux), tapi ada juga pendatang baru yang bikin hype makin tinggi. Salah satunya adalah Elle Fanning, yang karakternya masih misterius tapi terlihat punya peran penting.

Troy Baker juga kembali, tapi kali ini membawa gitar listrik dan armor aneh yang bikin dia terlihat seperti musisi metal dari dimensi lain. Seperti biasa, Kojima senang memadukan hal tak terduga, dan itu jadi salah satu kekuatan franchise ini.

2. Senjata dan Kendaraan Baru

Trailer menunjukkan berbagai teknologi baru yang bisa digunakan Sam, mulai dari kendaraan lapis baja, drone, hingga senjata yang terlihat lebih ofensif dibanding game pertama. Apakah ini artinya gameplay akan lebih agresif? Belum tentu. Tapi jelas, kita dikasih lebih banyak pilihan untuk menghadapi dunia yang makin berbahaya.

3. Area Eksplorasi Baru

Kojima sempat memberi petunjuk bahwa Death Stranding 2 tidak hanya berlangsung di Amerika. Kita bisa mengunjungi lokasi lain yang lebih beragam secara visual dan atmosfer. Pantai / On the Beach tampaknya akan jadi area penting bukan cuma sebagai simbol transisi antara dunia hidup dan mati, tapi juga sebagai medan gameplay utama.

Read more:
Apex Legends Breakout : Penyegaran Seru untuk Battle Royale Favorit 2025!

Visual dan Teknologi: Unreal Engine 5 Jadi Senjata Baru

Kalau kamu pikir visual game pertama udah keren, tunggu sampai kamu lihat Death Stranding 2. Game ini dibangun dengan Unreal Engine 5, bukan Decima Engine seperti sebelumnya. Hasilnya? Visual yang lebih detail, pencahayaan realistis, dan animasi wajah karakter yang makin ekspresif.

Bahkan dari trailer saja, kita bisa lihat betapa hidupnya dunia Death Stranding 2. Efek air, pantulan cahaya, dan tekstur lingkungan terasa lebih nyata. Ini bukan cuma game ini semacam film interaktif dengan kualitas sinema tinggi.

Gameplay: Lebih Dari Sekadar “Simulator Antar Paket”?

Salah satu kritik terbesar Death Stranding pertama adalah gameplay-nya yang dianggap terlalu repetitif. Banyak yang menyebutnya “walking simulator.” Tapi buat para penggemar, justru di situlah daya tariknya proses perjalanan, bukan destinasinya.

Di Death Stranding 2, sepertinya Kojima mendengar semua feedback itu. Gameplay tampak lebih dinamis, dengan lebih banyak pilihan traversal, pertarungan, dan interaksi lingkungan. Elemen stealth dan combat juga sepertinya diperluas. Tapi, jangan harap game ini berubah jadi full action. Esensinya tetap soal koneksi, isolasi, dan perjuangan personal.

Narasi: Siap-siap Dihantam Filosofi Eksistensial Lagi

Belum lengkap review Death Stranding tanpa bahas ceritanya yang penuh simbol dan filosofi. Di sekuel ini, tema seperti trauma, waktu, dan pengorbanan kembali diangkat. Bahkan tagline-nya aja udah bikin mikir: “Should we have connected?”

Apakah dengan terkoneksi, kita justru membuka pintu ke kekacauan baru? Apakah ada harga dari keterhubungan itu sendiri? Ini bukan sekadar kisah pahlawan menyelamatkan dunia. Ini tentang bagaimana kita menghadapi luka masa lalu dan memilih untuk tetap menjalin hubungan, meski tahu risikonya.

Read more :
Assassin’s Creed Shadows: Petualangan Sengit di Jepang Feodal yang Layak Ditunggu!

Kesimpulan: Death Stranding 2 Adalah Eksperimen Emosional yang Layak Ditunggu

Death Stranding 2: On the Beach bukan game yang cocok buat semua orang. Tapi justru di situlah kekuatannya. Ini bukan produk massal yang ingin menyenangkan semua gamer. Ini adalah karya artistik yang menyentuh ranah emosional, spiritual, dan filosofis, dikemas dalam dunia interaktif yang luar biasa.

Apakah kita akan sepenuhnya paham dengan semua yang ditampilkan? Belum tentu. Tapi seperti game pertama, pengalaman yang ditawarkan akan meninggalkan kesan mendalam.

Dengan kombinasi teknologi mutakhir, narasi kompleks, dan presentasi visual memukau, Death Stranding 2 layak masuk daftar “must-play” untuk 2025.

Sumber Referensi:

7 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *